Pada
suatu ketika, hiduplah seekor induk kucing dengan ketiga anaknya. Mereka
tinggal di atas langit-langit sebuah rumah. Meskipun induk kucing tahu bahwa
tempat tersebut berbahaya, demi tempat tinggal yang hangat pun ia rela untuk
tinggal di sana.
Setiap
siang hari ketika sang induk mencari makan untuk ketiga anaknya, ia diliputi
rasa khawatir. Bisa saja, sewaktu-waktu sang pemilik rumah menyadari keberadaan
mereka. Hal tersebut dapat berakibat mereka diusir dari rumah tersebut.
Suatu
siang ketika sang induk kucing pulang ke tempat anak-anaknya, terkejutlah ia
bahwa mereka tidak ada di tempat biasa. Sang indukpun mengeong memanggil ketiga
anaknya. Ia pun memutari seluruh bagian langit-langit rumah tersebut. Tak lama
kemudian, terdengarlah sahutan kecil di sebuah lubang dinding. Segera sang
induk berlari ke arah tersebut. Ternyata ketiga anaknya sedang bersembunyi
ketakutan. Sang induk merasa bahagia bertemu ketiga anaknya. Namun ia pun
khawatir, karena berarti sang pemilik rumah sudah menyadari keberadaan mereka.
Hari
pun berganti, hingga suatu siang pemilik rumah kembali menangkap anak-anak
kucing. Kali ini anak-anak kucing tak berdaya. Satu per satu mereka tertangkap,
kemudian dibuang di jalanan. Sang induk kucing yang baru saja pulang kaget
sekali, melihat anak-anaknya kembali hilang. Dicarinya di setiap sudut, namun
anak-anaknya sudah tidak ada. Ia pun mengeong sekeras-kerasnya, berusaha keras
mencari anak-anaknya di sekitar halaman rumah. Namun suaranya justru membuat
sang pemilik rumah marah dan mengusirnya.
Sang
induk kucing berkeliling tak tentu arah, memanggil anak-anaknya yang tak tampak
di manapun. Tak lama kemudian, ia melihat sang ayam yang sedang mencari cacing.
Sang induk kucing bertanya, “Wahai sang ayam, apakah kau melihat ketiga
anakku?” Jawab sang ayam, “Ya, aku melihatnya, tadi mereka berlari ketakutan ke
arah Timur. Sebenarnya aku ingin menjaga mereka, tapi paruhku membuat mereka
ketakutan.”
Jawabah
sang ayam membuat sang induk kucing sedikit lega. Ia pun berterima kasih kepada
sang ayam, kemudian melanjutkan perjalanannya. Tak lama kemudian, sang induk
kucing bertemu dengan sang anjing. Ia pun kembali bertanya, “Wahai sang anjing,
apakah kau melihat ketiga anakku? Sang ayam berkata bahwa mereka berlari ke
arah sini.” Jawab sang anjing, “Ya, aku melihatnya. Tapi mereka segera berlari
ketakutan melihat taring ku yang tajam.” Sang induk kucing pun kembali
bertanya, “Apakah kau tahu ke mana perginya mereka?” “Mereka berlari ke arah
Selatan”, jawab sang anjing.
Sang
induk kucing pun kembali berterima kasih kepada sang anjing, kemudian
melanjutkan perjalanannya. Setelah cukup jauh berjalan, hujan mulai turun dari
langit. Sang induk kucing segera berlari mencari tempat berlindung. Tak jauh
dari sana, terdapat sebuah bangunan tua yang tampak tak berpenghuni. Sang induk
pun memutuskan untuk berteduh di sana sembari menunggu hujan reda. Ia merasa
sedih teringat anak-anaknya yang kini entah di mana. Ia khawatir mereka
kehujanan dan kedinginan.
Kemudian
sayup-sayup terdengar suara kecil dari dalam bangunan. Suara yang sangat
dikenali sang induk kucing. Itu suara anak-anaknya! Sang induk pun segera
berlari ke dalam bangunan dan mencari anak-anaknya. Sungguh bahagia perasaan
sang induk, dapat bertemu kembali dengan anak-anaknya. Terlebih lagi, kini mereka
memiliki tempat tinggal untuk hidup bersama. Jauh dari dinginnya hujan, mereka
pun berpelukan bersama.
-SELESAI-
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar